Seorang
laki-laki 60 tahun dibawa ke puskesmas karena tidak sadar setelah jatuh di
kamar mandi dan kepalanya terbentur pada dinding. Ia selama ini selalu dating
berobat karena menderita tekanan darah tinggi.
Kata Kunci:
1.Laki-laki 60 tahun
2.Tidak sadar setelah jatuh
3.Kepala terbentur
4.hipertensi
Pertayaan
1.Anatomi, fisiologi dan
histology organ terkait?
2.Apa saja yang menyebabkan lemah
separuh badan?
3.Bagaimana patomekanisme lemah
separuh badan
4.Hubungan tidak sadar dengan
kepala terbentur?
5.Apa kemungkinan yang terjadi
pada pasien setelah pasca trauma?
6.Apakah hubungan hipertensi
dengan dengan pasca trauma
7.bagaimana diferential
diagnosanya?
8.Bagaiman pemeriksaan
penunjangnya?
9.Bagaimana penatalaksanaannya?
10.Bagaimana komplikasinya?
11.Bagaimana prognosisnya?
Jawaban
pertayaan:
1.Anatomi, fisiologi dan
histology organ terkait?
Secara Anatomis dan Fisiologis, otak
(ensephalon) merupakan bagian dari system saraf pusat, di mana sebagai pusat
informasi yang menerima impuls maupun memberikan impuls balik terhadap efektor.
Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya.
Tepat di atas tengkorak, terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa,
padat dapat digerakkan dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma
eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan
membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Tepat di bawah galea
terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan diploika.
(Schwartz,1999).
Tulang terdiri dari 2 dinding yang
disebut tabula interna dan tabula eksterna. Tabula interna mengandung alur-alur
yang berisikan arteria meningea anterior, media dan posterior. Pelindung lain
yang melapisi otak adalah meninges yang terdiri dari 3 lapisan yaitu dura
mater, araknoid, dan pia mater. Ruangan antara duramater dengan araknoid
disebut ruang subdural. Di antara araknoid dan pia mater terdapat ruang yang
disebut ruang subaraknoid, yang memungkinkan sirkulasi cairan serebrospinal.
Piamater adalah membran halus yang amat kata pembuluh darah halus.
Di dalam pia mater inilah terdapat
otak yang terbagi atas hemisfer kiri dan kanan beserta sulkus-sulkus dan
gyrus-gyrusnya. Secara garis besar otak terbagi atas lobus frontalis, lobus
parietalis, lobus temporalis, lobus oksipitalis, dan lobus insulae/centralis.
Otak kecil (cerebellum) dan batang otak (pons), medulla oblongata, dan otak
tengah).
Otak mengirimkan impuls/
rangsangan hingga sampai ke efektor, melalui suatu tractus descendens,
di mana melalui suatu alur yang dikenal menjadi 2 sistem, yaitu: sistem
pyramidal dan ekstrapiramidal. Kedua sistem tersebut menghantarkan aktivitas
motorik, tetapi system pyramidal yang akan dijelaskan lebih lanjut, karena
berhubungan dengan kelumpuhan yang terjadi. Traktus yang melalui system ini
adalah traktus kortikospinalis,yang berasal dari koteks motorik dan berjalan
melalui substantia alba cerebri (korona radiate), krus posterior kapsula
interna (serabut terletak sangat berdekatan di sini), bagian sentral pedunkulus
cerebri (krus cerebri),pons, dan basal medulla (bagian anterior),tempat traktus
terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. Pada bagian ujung bawah
medulla,80-85% serabut tersebut menyilang ke sisi lain di decussatio
piramidium, kemudian menuruni medulla spinalis di funikulus lateral
kontralateral sebagai traktus kortikospinal lateralis. Sisanya, serabut
tersebut tidak mengalami penyilangan dan berjalan menuruni medulla spinalis di
funikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis
anterior,kemudian serabut ini menyilang lebih ke bawah melalui kornu anterior
medulla spinalis. Traktus piramidalis berakhir membentuk sinaps dengan
interneuron, yang kemudian menghantarkan impuls motorik ke neuron motor alpha
yang besar di kornu anterius, serta ke neuron motorik gamma yang lebih kecil.
Vaskularisasi Otak
Pada kasus scenario yang ada, adanya
keterkaitan pada vaskularisasi di otak dengan kelumpuhan motorik,maka secara
anatomis dan fisiologis otak mendapatkan suplai darah, dari A. carotis interna,
yang kemudian membentuk suatu siklus, yang dikenal dengan circullus willisi,
kemudian bercabang, hingga mengalami penyeleksian zat di sawar darah otak,
hingga akhirnya zat tersebut diterima di sel glia dan neuron di otak.
Percabangan terbesar dari A.carotis interna adalah A.cerebri media yang
berjalan di lateral di fisura Sylvii( sulcus lateralis), kemudian terbagi
menjadi cabang-cabang kortikal utama di dalam sisterna insularis, yang
memperdarahi area lobus parietalis, frontalis, dan temporalis yang luas.
qCENTRUM MOTORIS PYRAMIDALIS
Pada cortex cerebri Lobus
Frontalis :
oArea 4 (Gyrus precentralis à area motoris primer)
oArea 6+8 (area premotoris)
oArea 44+45 (area Broca à centrum bicara motoris)
qCENTRUM MOTORIS EXTRAPYRAMIDALIS
- Cortex cenebri
a. Area 5+7 (lobus parietalis)
b. Area 22 (lobus temporalis)
c. Area 19 (lobus occipitalis)
- Ganglion
Basale
- Pada Diencephalon : subthalamus, Nucleus Ventralis + centromedianus/
intralaminaria dan reticularis thalami
Sistem saraf pusat adalah sistem saraf yang mengandung
pusat pengelola rangsang saraf, rangsang ini setelah ditafsirkan dapat disimpan
atau diteruskan ke sistem saraf tepi untuk menimbulkan tanggapan.
Sistem saraf pusat dibedakan tiga pusat : Cerebrum,
Cerebellum dan Medulla spinalis.
A. Cerebrum
Korteks cerebri mempunyai ketebalan satu koma lima sampai
empat mm, secara makroskopik dataran luar menunjukkan bangunan yang disebut :
Sulkus (lekukan) dan girus ( peninggian).
Korteks disusun oleh 6 lapisan, berturut-turut dari luar
ke dalam :
1. Lamina molekularis (pleksiformis) :
sel penyusunnya kecil dan relatip sedikit, sedangkan unsur serabut lebih
menyolok membentuk anyaman (pleksus)
2. Lamina granularis externa : ukuran
sel saraf kecil dan banyak
3. Lamina piramidalis externa : jumlah
sel jarang, berbentuk piramid kecil
4. Lamina granularis interna : sel
saraf kecil banyak
5. Lamina piramidalis interna : sel
saraf berbentuk piramid lebih besar. Di daerah korteks yang disebut area motorika
sel saraf khusus berbentuk piramid besar, dikenal sebagai sel Betz.
6. Lamina multiformis : Sel saraf
berbentuk aneka ragam. Disela antara neuronum terisi oleh neuroglia.
B. Cerebellum
Korteks cereblli terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke
dalam dijumpai :
2.Stratum neuronarum piriformium : Sel
saraf berbentuk serupa botol atau buah kambu air, berderet, dikenal sebagai sel
Purkinje .
3.Stratum granulosum : Sel saraf banyak,
kecil dan padat
C. Medulla Spinalis
Kalau pada cerebrum dan cerebellum substantia grisea
menempati bagian permukaan dan substantia alba bagian pusat, maka dalam medula
sipnalis keadaan sebaliknya :
1.Substantia grisea : berwarna
keabu-abuan, sebab penuh berisi neurosit yang berkelompok dan membentuk
nukleus. Pada lapisan melintang melalui medulla spinalis, bagian ini
menunjukkan gambaran seperti kupu-kupu atau huruf H, sehingga ada 3 gambaran
tanduk :
a.Kornu dorsale : pada medulla spinalis
utuh disebut kolumna dorsalis
b.Kornu laterale : pada pada medulla
spinalis utuh disebut kolumna lateralis
b.Kornu ventrale : pada medulla
spinalis utuh disebut kolumna ventralis
c.Substantia grisea mengandung neurositus
: banyak neuroglia, terutama astrositus neurofibra non-myelinata.
2.Substantia alba : keputih-putihan,
menempati bagian luar medulla spinalis. Bagian ini : Tidak mengandung
neurositus, penuh neurofibra myelinata, yang menyebabkan warna keputih-putihan,
neuroglia; oligodendrositus terbanyak, membuat stratum myelini untuk
neurofibra, astrositus sedikit.
3.Kanalis centralis yang berada di pusat
medulla spinalis dan berisi liquor cerebrospinalis mempunyai dinding, dinamakan
ependima, tersusun oleh ependimositus, teratur sebagai epitel.
Meningens
Sistema nervosum sentrale diselubungi oleh bungkus :
meninges (jika tunggal dinamakan mening. Ada tiga macam bungkus, dari luar ke
dalam :
1. Dura mater (dura = keras ; mater =
ibu)
·dura mater
ensephali : membungkus ensephalon
·dura mater
spinalis : membungkus medulla spinalis. Bungkus ini tertebal, disusun oleh jaringan ikat padat dan
mengandung : serabut kolagen
kuat : di encephalon : kurang teratur dan di medulla spinalis : membujur.
Serabut elastis sedikit.
2.Arachnoidea mater : menyerupai rumah
laba-laba (Arachnida), dihubungkan dengan bungkus lain oleh trabekula
arachnoidealis. Dikenal 2 macam :
·arachnoidea
mater encephali : membungkus encephalon
·arachnoidea
mater spinalis : membungkus medula spinalis
Bentuk menyerupai rumah laba-laba
menyebabkan bungkus ini memiliki :
·citerna
sub-arachnoidea : berisi liquor cerebrospinalis
·trabecula
arachnoidealis : membatasi cisterna, mengandung banyak serabut kolagen, sedikit
serabut elastik.
3.Pia mater (pia=lunak), menempel pada
sistema nervosum sentrale :
·pia mater
encephalis : membungkus encephalon
·pia mater
spinalis : membungkus medulla spinalis
Sifat :
·dilapisi oleh
epithelium simpleks squamosum serupa mesthelium
·mengandung
banyak serabut kolagen, sedikit serabut elastik
·dilengkapi
dibroblastus, makrophagositus, pembuluh darah
2.Apa saja yang menyebabkan lemah
separuh badan?
Etiologi yang menyebabkan
hemiparesis adalah multifaktoral, yang disebabkan oleh vascular, infeksi,
tumor, dan trauma. Pada, kasus skenario di atas dikatakan bahwa mengalami
kelemahan separuh badan setelah terbentur kepalanya di dinding kamar mandi.
Oleh sebab itu, trauma menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang memperdarahi
area korteks cerebri, di mana pembuluh tersebut telah mengalami kelainan
endothelial akibat riwayat hipertensi yang di alami pasien.
3.Bagaimana patomekanisme lemah
separuh badan
Umumnya penyebab hemiparesis adalah
multifaktoral, yang disebabkan oleh vascular, infeksi, tumor, dan trauma. Pada,
kasus skenario di atas dikatakan bahwa mengalami kelemahan separuh badan
setelah terbentur kepalanya di dinding kamar mandi. Oleh sebab itu, trauma
menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang memperdarahi area kortekscerebri, di mana pembuluh tersebut telah
mengalami kelainan endothelial akibat riwayat hipertensi yang di alami pasien.
Sebagai contohsalah satu patomekanisme hemiparese adalah
sebagai beriku : adanya lesi vaskuler di otak (hemisfer kiri),
dikarenakan adanya lesi tersebut maka suplai darah ke hemisfer cerebri bagian
sinistra mengalami gangguan dan menyebabkan infark. Jika terjadi infark pada
daerah tersebut, terutama area motorik( girus precentralis kortex cerebri) maka
akan menyebabkan gangguan fungsi saraf motorik di otak. Jika gangguan tersebut
terjadi, maka manifestasinya adalah terjadinya kelumpuhan yang kontralateral,
di mana kelumpuhan motorik tejadi padaanggota tubuh sebelah kanan, hal ini dikarenakan karena system saraf
motorik akan mengalami persilangan pada Decussatio pyramidal , di mana jika
lesi berada di hemisfer kiri maka akan terjadi kelumpuhan di bagian kanan
tubuh.
4.Hubungan tidak sadar dengan
kepala terbentur?
Kepala
terbentur menyebakan terjadinya trauma kepala, yang menyebabkan terjadinya
cedera di dalam tengkorak. Maka, apabila penderita tersebut mempunyai riwayat
hipertensi, maka dapat menyebabkan terjadinya aneurisma pembuluh darah yang
mudah ruptur, sehingga apabila terjadi cedera hingga ke otak, hal tersebut
dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi ruptur. Rupturnya pembuluh darah
menyebabkan terganggunya vaskularisasi di otak, sehingga dalam waktu 15-20
menit akan menyebabkan infark atau kematian jaringan akibat terputusnya aliran
darah ke jaringan otak.
Bila
hemoragik sudah timbul, maka jaringan otak tidak lagi mendapatkan intake
oksigen dan nutrisi yang adekuat sehingga terjadi disfungsi. Di samping itu,
bila terjadi pendarahan membentuk hematoma di intraserebral. Hematoma akan
menekan jaringan otak terutama di infratentorial serta meningkatkan tekanan
intrakranial. Penekanan hematoma juga akan terjadi terhadap formatio
retikularis sebagai pusat kesadaran atau pengemban kewaspadaan. Akibatnya,
kesadaran dapat menurun, sampai skala terendah.
5.Apa kemungkinan yang terjadi
pada pasien setelah pasca trauma?
Lumpuh, gangguan
vocal, penglihatan, keseimbangan, pendengaran dll tergantung bagian tertentu
yang mengalami cedera
6.Apakah hubungan hipertensi
dengan dengan pasca trauma
Pasien
memiliki riwayat hipertensi. Pada pasienhipertensi, aliran darah di tubuhnya termasuk di otak berjalan sangat
cepat, bila terus-menerus, akan menimbulkan aneurisma. Aneurisma tersebut bisa
ruptur dan dapat pecah, sehinggamembuat
aliran pembuluh darah terganggu. Kemudian, akan menyebabkan infark atau
kematian jaringan, maka otak tidak lagi mandapat intake O2 dan
nutrisi yang adekuat sehingga terjadi disfungsi dan penurunan tingkat
kesadaran.
7.bagaimana diferential
diagnosanya?
GEJALA KLINIK
PIS
PSA
SNH
HIPERTENSI
Hampir selalu
Biasanya tidak
sering
KESADARAN
Biasa hilang
Bias hilang sebentar
Dapat hilang
NYERI KEPALA
Sangat hebat
hebat
Ringan/tidak ada
HEMIPARESIS
Sering sejak awal
Awal tidak ada
Sering sejak awal
Jadi diagnosis
yang memungkinkan untuk sementara ini adalah stroke hemoragic
8.Bagaiman pemeriksaan
penunjangnya?
Tomografi terkomputasi (CT scan) bermanfaat dalam membedakan stroke perdarahan
(intraserebral atau subarakhnoid) dengan stroke tanpa perdarahan/iskemik
(trombosis atau emboli). Adanya darah pada perdarahan baru mengakibatkan
terjadinya suatu daerah dengan peningkatan densitas; sebaliknya suatu infark
mengakibatkan suatu daerah dengan penurunan densitas. Sebagai tambahan, CT-scan
dapat membantu menentukan lokasi dan ukuran abnormalitas, seperti daerah vaskularisasi,
superfisial atau dalam, kecil atau luas. 1. CT-scan benar-benar positif pada perdarahan
intraserebral (dengan peningkatan densitas) dan sering menunjukkan darah
antar-hemisfer atau perdarahan dalam parenkhim otak pada perdarahan
subarakhnoidea. Perubahan-perubahan ini terlihat pada jam pertama setelah
timbulnya gejala stroke. Dengan CT yang lebih maju lagi, beberapa penderita
dengan diagnosis klinis trombosis dapat ditemukan adanya perdarahan
intraparenkhimal. 2. CT-scan positif pada sebagian besar kasus infark serebri
(penurunan densitas), tetapi peruhahan-perubahan ini hanya dapat terlihat pada
24 – 48 jam setelah timbulnya gejala stroke. Dengan penyengatan terhadap
kontras, infark dapat menyerupai suatu tumor tetapi penyengatan terhadap
kontras pada infark serebri pada umumnya tidak berkaitan dengan efek massa yang
nyata seperti yang terjadi pada tumor. Pada beberapa kejadian. mungkin efek
massa terdapat bersama dengan infark, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah
bukan suatu tumor; dalam hal demikian maka dengan MRI, CT-scan secara serial
dan observasi klinis dapat memperjelas diagnosis. 3. Suatu infark herdarah sering terjadi sekunder terhadap
emboli yang besar. Dalam hal ini terjadi peningkatan densitas pada CT-scan.
Pemberian antikoagulan harus ditunda bila terjadi perdarahan yang berkaitan
dengan infark embolik. 4. Perdarahan pada batang otak mungkin dapat terlihat pada
CT- scan, akan tetapi infark batang otak biasanya tidak. 5. CT-scan mengidentifikasi pergeseran massa intrakranial
yang memerlukan tindakan medis dan operatif secara agresif untuk mengontrol
edema serebri yang terjadi. 6. Suatu hematoma subdural dapat dikenal pada pemeriksaan
CT-scan dengan adanya pergeseran massa intrakranial, menghilangnya sebagian
ventrikel lateralis atau sulkus-sulkus, dan perubahan densitas (tergantung pada
usia lesi) pada perrnukaan otak. 7. Tumor otak dapat diidentifikasi pada pemeriksaan CT-scan
dengan adanya pola densitas yang khas, penyengatan terhadap kontras, dan efek
massa. Pada persentase yang kecil tumor otak secara klinis menyerupai stroke.
MRI (Magnetic Resonance
Imaging)
MRI memainkan peranan penting dalam diagnosis suatu stroke karena:
1. MRI kadang dapat menunjukkan adanya iskemia serebri pada stadium awal,
sebelum dapat terlihat pada CT-scan dan sering bila pemeriksaan CT-scan tetap
negatif.
2. MRI sering dapat menunjukkan adanya infark pada batang otak, serebelum, atau
lobus temporalis yang tidak terlihat pada CT-scan.
3. Kemampuan MRI dalam mencari trombosis vena sebagai penyebab infark lebih
baik dibanding CT-scan.
4. MRI lebih sensitif dalam mencari infark kecil (lakuner). CT-scan tetap lebih
baik dihanding MRI pada fase akut stroke bila sasaran utama mencari perdarahan
dan terdapat masalah dalam hal kerjasama dengan penderita.
5. Penyengatan kontras pada MRI kemungkinan berguna dalam menentukan umur suatu
infark dan mencari adanya tumor atau AVM sebagai penyebab stroke.
Catatan : SPECT (Single photon
emission computed tomography) dapat melokalisir iskemia dalam beberapa jam
setelah serangan stroke.
Arteriografi
Arteriografi, baik yang dikerjakan secara konvensional maupun dengan teknik
digital, ditujukan untuk (a) mengidentifikasi suatu lesi yang dapat dikoreksi
dengan operasi seperti aneurisma intrakranial dan AVM, stenosis arteria karotis,
dan plak arteria karotis yang mengalami ulserasi, (b) membantu memastikan
diagnosis, dan (c) memastikan diagnosis sebelum dikerjakan pemberian
antikoagulansia. Dalam perencanaan suatu arteriografi, penting untuk ditentukan
secara klinis sistem yang terlibat dalam stroke tersebut, sistem karotis atau
sistem vertebrobasiler. Bila memungkinkan, angiografi dikerjakan dengan teknik
kateterisasi oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
Elektroensefalografi
(EEG)
Elektroensefalografi (EEG) dapat membantu menentukan
lokalisasi gangguan fungsi kortikal, dan kadang-kadang pada lesi talamus. EEG
dapat abnormal pada jam-jam pertama setelah serangan stroke meskipun CT-scan
masih normal. EEG biasanya akan normal pada stroke pada daerah sirkulasi
posterior atau stroke lakunar dan abnormal pada stroke daerah sirkulasi
anterior atau emboli.
EEG biasanya abnormal pada stroke pembuluh darah besar atau emboli. EEG
merupakan hal yang penting untuk dikerjakan bila dicurigai adanya aktivitas
epileptik. Kelemahan setelah suatu stroke kemungkinan merupakan bagian dari
pasca serangan epilesi (Paralisis Todd).
9.Bagaimana penatalaksanaannya?
Penatalaksanaan
Manajemen stroke
hemoragik pertama tama ditujukan langsung pada penanganan A ( airway ), B (
Breathing ), C ( circulation ), D ( detection of neurological deficit ).
Terapi perdarahan intraserebral
·Terapi Medik
oJalan nafas dan oksigenasi
dengan target pCO2 30-35 mmHg.
·Kontrol tekanan darah.
Penatalaksanaan tekanan darah tinggi sama seperti pada stroke iskemik dengan
syarat :
oTekanan darah diturunkan bila
tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau tekanan diastolik > 105 mmHg
oPada fase akut tekanan darah
tinggi, tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20 %
·Penatalaksanaan peningkatan
intrakranial
oTindakan pengobatan pertama
adalah osmoterapi, tapi tidak boleh digunakan sebagai profilaksis. Mannitol 20%
1g/kg dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg 4 jam dalam 20 menit.
Untuk mempertahankan gradien osmotik, furosemid ( 10 mg dalam 2-8 jam ) dapat
diberikan secara terus menerus bersama denagan osmoterapi.
oHiperventilasi dengan sasaran
pCO2 35 mmHg
oPengaturan cairan
Terapi pembedahan
·Indikasi tindakan pembedahan
oPasien dengan perdarahan
serebelar > 3cm yang secara neurologis memburuk atau mengalami
kompresibatang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikular.
oPerdarahan intraserebral dengan
lesi struktural seperti aneurisme, malformasi arteriovena, atau angioma
kavernosa dapat diangkat jika keadaan pasien stabil.
oPasien usia muda dengan
perdarahan lobus yang sedang atau besar yang secara klinik memburuk.
·Indikasi teraoi konservatif
dengan medikamentosa :
oPasien dengan perdarahan kecil
( < 10 cm3 ) atau defisit neurologi yang minimal.
oPasien dengan GCS < 4,
Kecuali dengan perdarahan serebelar disertai kompresi batang otak, dapat
menjadi kandidat untuk pembedahan darurat dalam situasi klinis tertentu.
10.Bagaimana komplikasinya?
Komplikasi yang
umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam
pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah :
·Kejang. Kejang pada fase awal
lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian kejang umumnya
memperberat deficit neurologik.
·Nyeri kepala. Walaupun hebat,
umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan membutuhkan analgetik dan kadang
antiemetic.
Selain itu harus diwaspadai adanya :
·Transformasi hemoragik dari
infark
·Hydrocephalus obstruktif
·Peninggian tekanan darah.
Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari kemudian.
·Demam dan infeksi. Demam
berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada infeksi umumnya adalah
infeksi paru dan traktus urinarius.
11.Bagaimana prognosisnya?
Prognosis
bergantung pada jenis stroke dan sindrom klinis stroke. Kemungkinan hidup
setelah menderita stroke bergantung pada lokasi, ukuran, patologi lesi, serta
usia pasien dan penyakit yang menyertai sebelum sroke.
Stroke hemoragik
memiliki prognosis buruk. Pada 30 hari pertama risiko meninggal 50% sedangkan
pada stroke iskemik hanya 10%.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: Buku kedokteran.
Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus
Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton
dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Jakarta : EGC
Kumar,
dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk., 2005, Kapita Selekta Kedokteran
Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, Penerbit FK UI, Jakarta.
Price,
Silvia dan Wilson. 2006. Patofisiologi Edisi 6, Jakarta : EGC
Putz R., R. Pabst, 2005, Atlas Anatomi Manusia Sobotta
Jilid 2 Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Snell, Richard. 2006. Ana