Rabu, 28 Agustus 2013

This in not the last, is only half of the trip ^_^

heloowww
dari sekian lama
baru sempat nge-Blog lagi
hmmm...
nge-blog itu menyenangkan sih
saya sebagai pemula.. pemula ? bukan pemula juga sikk (sejak SMA) belajar blog, html dsb,dst,dll.. haha
tapiii,,,, yagitulahh
namanya SMA masi labil gitukkk,, jadii kadang gak merhatiin
sekarang baru nyesell kann,,,
baiklah ! Lupakannn masa suram saya

 Jadiii, setelah melewati beberapa Blok, yang sangat-amat super-duper menguras tenaga,waktu,fikiran dan duit,, kali ini bolehlah bernafas panjang
kenapaaa,,, ??
karna blok Penutup (TRAUMATOLOGY) berakhirrr kereeeen !!!
Tuhan memberikan kemudahan
Tuhan menjawab Doa kami "SYMB1ONT"
dan setelah ituuuu,,, 
air mataaaa serasa ingin jatuh, kubasuh tapi ternyata air mataa gue belom jatoh, ihiks
mengingat masa-masa susah senang panas dingin hujan badai kami lalui bersama (cieee lebay gituuu,,,,)
laluuu kami foto angkatan, buka puasa bersama sekaligus ngerayain ulangtahun angkatan...
menyenangkan
iyaaa menyenangkan,, tapiii ntahlahhh masih ada yang nge-ganjall,,
hmmm LUPAKAN !!


Setelah ituuuu,,,,
PLOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOONGGG
kuliahhh selesaii !!
tidak ada lagi kuliah blok
mengingat kemalasanku buat ikut SP
padahal saya punya 3 nilai C 
dan dari ketiganya
sayaaaa sangat trauma dengan blok KARDIO
ntahlah.... organnya begitu kecil
tapiii kalau terjadi kelainan
bisa dari ujung kaki sampai ujung kepala, *pffffftttttttt
susahhh,,? jelasss
dan karena itu, dikepala saya tidak pernah terbesik jikalau (suatu saat nanti) jadi dokter spesialis jantung pembulu darah !!!,,
saya bakalan tetappppp cinta OBGYN !!!! mata saya berbinar

jadi sudah bebas ??
ohhhhh sayangnya masih sangat jauhh
ini baru seperempat dari perjalanan hidup (ciegituu)
masih banyak lagiii rintangan berikutnya
masih ada KKP, PROPOSAAL,UJIAN PROPOSAL,SKRIPSI, UJIAN HASIL
YUDISIUM, daaannnnnn gue degdegannn nyebutin nyang ini
tangan saya keringetan, jantung saya berdebar kencjan, mata saya melotot, *ciyeeeelebay gituu
habis itu WISUDA SARJANA dan saat itu pula sudah jadi dokter muda,
tapiiiiii 
tidak semudah menyebutkannya
masih banyak serigala diluar sana
yang siap menerkam jikalau anda salah melangkah

seakan masih belum percayaaaa
ternyata kurang lebih 3 tahun telah saya jalani :')
dan saya merasa beruntung
punya keluarga, sahabat , dan orang-orang yang selalu ada disaaat saya butuh bahu untuk bersandar,
yang selalu siap mendengarkan cerita konyol saya :')
semangat gue masih berkobar
layaknya api unggun ditengah-tengah perkemahan
untuk menjalankan KKP selama 1 bulan setengah,,

see you next posting
semogaa bisaaa nge-blog lagi ditengah-tengah kesibukan kkp, bikin laporan dan mencari judull,,

^_^

Rabu, 31 Oktober 2012

LAPORAN PBL NEUROPSIKIATRI "LEMAH SEPARUH BADAN"


Kasus
Seorang laki-laki 60 tahun dibawa ke puskesmas karena tidak sadar setelah jatuh di kamar mandi dan kepalanya terbentur pada dinding. Ia selama ini selalu dating berobat karena menderita tekanan darah tinggi.
Kata Kunci:
1.       Laki-laki 60 tahun
2.       Tidak sadar setelah jatuh
3.       Kepala terbentur
4.       hipertensi
Pertayaan
1.       Anatomi, fisiologi dan histology organ terkait?
2.       Apa saja yang menyebabkan lemah separuh badan?
3.       Bagaimana patomekanisme lemah separuh badan
4.       Hubungan tidak sadar dengan kepala terbentur?
5.       Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien setelah pasca trauma?
6.       Apakah hubungan hipertensi dengan dengan pasca trauma
7.       bagaimana diferential diagnosanya?
8.       Bagaiman pemeriksaan penunjangnya?
9.       Bagaimana penatalaksanaannya?
10.   Bagaimana komplikasinya?
11.   Bagaimana prognosisnya?

Jawaban pertayaan:
1.       Anatomi, fisiologi dan histology organ terkait?
Secara Anatomis dan Fisiologis, otak (ensephalon) merupakan bagian dari system saraf pusat, di mana sebagai pusat informasi yang menerima impuls maupun memberikan impuls balik terhadap efektor. Otak dilindungi dari cedera oleh rambut, kulit, dan tulang yang membungkusnya. Tepat di atas tengkorak, terletak galea aponeurotika, suatu jaringan fibrosa, padat dapat digerakkan dengan bebas yang membantu menyerap kekuatan trauma eksternal. Di antara kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak dan lapisan membrane dalam yang mengandung pembuluh-pembuluh besar. Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena emisaria dan diploika. (Schwartz,1999).
Tulang terdiri dari 2 dinding yang disebut tabula interna dan tabula eksterna. Tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan arteria meningea anterior, media dan posterior. Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges yang terdiri dari 3 lapisan yaitu dura mater, araknoid, dan pia mater. Ruangan antara duramater dengan araknoid disebut ruang subdural. Di antara araknoid dan pia mater terdapat ruang yang disebut ruang subaraknoid, yang memungkinkan sirkulasi cairan serebrospinal. Piamater adalah membran halus yang amat kata pembuluh darah halus.
Di dalam pia mater inilah terdapat otak yang terbagi atas hemisfer kiri dan kanan beserta sulkus-sulkus dan gyrus-gyrusnya. Secara garis besar otak terbagi atas lobus frontalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus oksipitalis, dan lobus insulae/centralis. Otak kecil (cerebellum) dan batang otak (pons), medulla oblongata, dan otak tengah).
Otak mengirimkan impuls/ rangsangan  hingga sampai ke efektor, melalui suatu tractus descendens, di  mana melalui suatu alur yang dikenal menjadi 2 sistem, yaitu: sistem pyramidal dan ekstrapiramidal. Kedua sistem tersebut menghantarkan aktivitas motorik, tetapi system pyramidal yang akan dijelaskan lebih lanjut, karena berhubungan dengan kelumpuhan yang terjadi. Traktus yang melalui system ini adalah traktus kortikospinalis,yang berasal dari koteks motorik dan berjalan melalui substantia alba cerebri (korona radiate), krus posterior kapsula interna (serabut terletak sangat berdekatan di sini), bagian sentral pedunkulus cerebri (krus cerebri),pons, dan basal medulla (bagian anterior),tempat traktus terlihat sebagai penonjolan kecil yang disebut pyramid. Pada bagian ujung bawah medulla,80-85% serabut tersebut menyilang ke sisi lain di decussatio piramidium, kemudian menuruni medulla spinalis di funikulus lateral kontralateral sebagai traktus kortikospinal lateralis. Sisanya, serabut tersebut tidak mengalami penyilangan dan berjalan menuruni medulla spinalis di funikulus anterior ipsilateral sebagai traktus kortikospinalis anterior,kemudian serabut ini menyilang lebih ke bawah melalui kornu anterior medulla spinalis. Traktus piramidalis berakhir membentuk sinaps dengan interneuron, yang kemudian menghantarkan impuls motorik ke neuron motor alpha yang besar di kornu anterius, serta ke neuron motorik gamma yang lebih kecil.
Vaskularisasi Otak
Pada kasus scenario yang ada, adanya keterkaitan pada vaskularisasi di otak dengan kelumpuhan motorik,maka secara anatomis dan fisiologis otak mendapatkan suplai darah, dari A. carotis interna, yang kemudian membentuk suatu siklus, yang dikenal dengan circullus willisi, kemudian bercabang, hingga mengalami penyeleksian zat di sawar darah otak, hingga akhirnya zat tersebut diterima di sel glia dan neuron di otak. Percabangan terbesar dari A.carotis interna adalah A.cerebri media yang berjalan di lateral di fisura Sylvii( sulcus lateralis), kemudian terbagi menjadi cabang-cabang kortikal utama di dalam sisterna insularis, yang memperdarahi area lobus parietalis, frontalis, dan temporalis yang luas.
q  CENTRUM MOTORIS PYRAMIDALIS
                Pada cortex cerebri Lobus Frontalis :
o        Area 4 (Gyrus precentralis à area motoris primer)
o        Area 6+8 (area premotoris)
o        Area 44+45 (area Broca à centrum bicara motoris)
q  CENTRUM MOTORIS EXTRAPYRAMIDALIS
- Cortex cenebri
a. Area 5+7 (lobus parietalis)
b. Area 22 (lobus temporalis)
c. Area 19 (lobus occipitalis)
- Ganglion Basale
- Pada Diencephalon : subthalamus, Nucleus Ventralis + centromedianus/ intralaminaria dan reticularis      thalami
- Cerebellum
   Pada Truncus Cenebri : Nucleus Ruber, Substantia Nigra,   Formatio Reticularis, Nucleus Vestibularis.
Histology
Sistem saraf pusat adalah sistem saraf yang mengandung pusat pengelola rangsang saraf, rangsang ini setelah ditafsirkan dapat disimpan atau diteruskan ke sistem saraf tepi untuk menimbulkan tanggapan.
Sistem saraf pusat dibedakan tiga pusat : Cerebrum, Cerebellum dan Medulla spinalis.
A. Cerebrum
Korteks cerebri mempunyai ketebalan satu koma lima sampai empat mm, secara makroskopik dataran luar menunjukkan bangunan yang disebut : Sulkus (lekukan) dan girus ( peninggian).
Korteks disusun oleh 6 lapisan, berturut-turut dari luar ke dalam :
1. Lamina molekularis (pleksiformis) : sel penyusunnya kecil dan relatip sedikit, sedangkan unsur serabut lebih menyolok membentuk anyaman (pleksus)
2. Lamina granularis externa : ukuran sel saraf kecil dan banyak
3. Lamina piramidalis externa : jumlah sel jarang, berbentuk piramid kecil
4. Lamina granularis interna : sel saraf kecil banyak
5. Lamina piramidalis interna : sel saraf berbentuk piramid lebih besar. Di daerah korteks yang disebut area motorika sel saraf khusus berbentuk piramid besar, dikenal sebagai sel Betz.
6. Lamina multiformis : Sel saraf berbentuk aneka ragam. Disela antara neuronum terisi oleh neuroglia.
B. Cerebellum
Korteks cereblli terdiri atas tiga lapisan, dari luar ke dalam dijumpai :
1. Stratum molekulare (plexiformis) :
Ø sel saraf sedikit dan kecil
Ø serabut saraf : neurofibra non-myelinata banyak, beranyaman.
2. Stratum neuronarum piriformium : Sel saraf berbentuk serupa botol atau buah kambu air, berderet, dikenal sebagai sel Purkinje .
3. Stratum granulosum : Sel saraf banyak, kecil dan padat
C. Medulla Spinalis
Kalau pada cerebrum dan cerebellum substantia grisea menempati bagian permukaan dan substantia alba bagian pusat, maka dalam medula sipnalis keadaan sebaliknya :
1.Substantia grisea : berwarna keabu-abuan, sebab penuh berisi neurosit yang berkelompok dan membentuk nukleus. Pada lapisan melintang melalui medulla spinalis, bagian ini menunjukkan gambaran seperti kupu-kupu atau huruf H, sehingga ada 3 gambaran tanduk :
a. Kornu dorsale : pada medulla spinalis utuh disebut kolumna dorsalis
b.Kornu laterale : pada pada medulla spinalis utuh disebut kolumna lateralis
b.Kornu ventrale : pada medulla spinalis utuh disebut kolumna ventralis
c. Substantia grisea mengandung neurositus : banyak neuroglia, terutama astrositus neurofibra non-myelinata.
2. Substantia alba : keputih-putihan, menempati bagian luar medulla spinalis. Bagian ini : Tidak mengandung neurositus, penuh neurofibra myelinata, yang menyebabkan warna keputih-putihan, neuroglia; oligodendrositus terbanyak, membuat stratum myelini untuk neurofibra, astrositus sedikit.
3. Kanalis centralis yang berada di pusat medulla spinalis dan berisi liquor cerebrospinalis mempunyai dinding, dinamakan ependima, tersusun oleh ependimositus, teratur sebagai epitel.
Meningens
Sistema nervosum sentrale diselubungi oleh bungkus : meninges (jika tunggal dinamakan mening. Ada tiga macam bungkus, dari luar ke dalam :
1. Dura mater (dura = keras ; mater = ibu)
· dura mater ensephali : membungkus ensephalon
· dura mater spinalis : membungkus medulla spinalis. Bungkus ini tertebal, disusun oleh jaringan ikat padat dan mengandung : serabut kolagen kuat : di encephalon : kurang teratur dan di medulla spinalis : membujur. Serabut elastis sedikit.
2.Arachnoidea mater : menyerupai rumah laba-laba (Arachnida), dihubungkan dengan bungkus lain oleh trabekula arachnoidealis. Dikenal 2 macam :
· arachnoidea mater encephali : membungkus encephalon
· arachnoidea mater spinalis : membungkus medula spinalis
Bentuk menyerupai rumah laba-laba menyebabkan bungkus ini memiliki :
· citerna sub-arachnoidea : berisi liquor cerebrospinalis
· trabecula arachnoidealis : membatasi cisterna, mengandung banyak serabut kolagen, sedikit serabut elastik.
3. Pia mater (pia=lunak), menempel pada sistema nervosum sentrale :
· pia mater encephalis : membungkus encephalon
· pia mater spinalis : membungkus medulla spinalis
Sifat :
· dilapisi oleh epithelium simpleks squamosum serupa mesthelium
· mengandung banyak serabut kolagen, sedikit serabut elastik
· dilengkapi dibroblastus, makrophagositus, pembuluh darah

2.       Apa saja yang menyebabkan lemah separuh badan?
Etiologi yang menyebabkan hemiparesis adalah multifaktoral, yang disebabkan oleh vascular, infeksi, tumor, dan trauma. Pada, kasus skenario di atas dikatakan bahwa mengalami kelemahan separuh badan setelah terbentur kepalanya di dinding kamar mandi. Oleh sebab itu, trauma menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang memperdarahi area korteks  cerebri, di mana pembuluh tersebut telah mengalami kelainan endothelial akibat riwayat hipertensi yang di alami pasien.
3.       Bagaimana patomekanisme lemah separuh badan
Umumnya penyebab hemiparesis adalah multifaktoral, yang disebabkan oleh vascular, infeksi, tumor, dan trauma. Pada, kasus skenario di atas dikatakan bahwa mengalami kelemahan separuh badan setelah terbentur kepalanya di dinding kamar mandi. Oleh sebab itu, trauma menyebabkan pecahnya pembuluh darah yang memperdarahi area korteks  cerebri, di mana pembuluh tersebut telah mengalami kelainan endothelial akibat riwayat hipertensi yang di alami pasien.
Sebagai contoh  salah satu patomekanisme hemiparese adalah sebagai beriku : adanya lesi vaskuler di otak (hemisfer kiri), dikarenakan adanya lesi tersebut maka suplai darah ke hemisfer cerebri bagian sinistra mengalami gangguan dan menyebabkan infark. Jika terjadi infark pada daerah tersebut, terutama area motorik( girus precentralis kortex cerebri) maka akan menyebabkan gangguan fungsi saraf motorik di otak. Jika gangguan tersebut terjadi, maka manifestasinya adalah terjadinya kelumpuhan yang kontralateral, di mana kelumpuhan motorik tejadi pada  anggota tubuh sebelah kanan, hal ini dikarenakan karena system saraf motorik akan mengalami persilangan pada Decussatio pyramidal , di mana jika lesi berada di hemisfer kiri maka akan terjadi kelumpuhan di bagian kanan tubuh.
4.       Hubungan tidak sadar dengan kepala terbentur?
Kepala terbentur menyebakan terjadinya trauma kepala, yang menyebabkan terjadinya cedera di dalam tengkorak. Maka, apabila penderita tersebut mempunyai riwayat hipertensi, maka dapat menyebabkan terjadinya aneurisma pembuluh darah yang mudah ruptur, sehingga apabila terjadi cedera hingga ke otak, hal tersebut dapat menyebabkan pembuluh darah menjadi ruptur. Rupturnya pembuluh darah menyebabkan terganggunya vaskularisasi di otak, sehingga dalam waktu 15-20 menit akan menyebabkan infark atau kematian jaringan akibat terputusnya aliran darah ke jaringan otak.
Bila hemoragik sudah timbul, maka jaringan otak tidak lagi mendapatkan intake oksigen dan nutrisi yang adekuat sehingga terjadi disfungsi. Di samping itu, bila terjadi pendarahan membentuk hematoma di intraserebral. Hematoma akan menekan jaringan otak terutama di infratentorial serta meningkatkan tekanan intrakranial. Penekanan hematoma juga akan terjadi terhadap formatio retikularis sebagai pusat kesadaran atau pengemban kewaspadaan. Akibatnya, kesadaran dapat menurun, sampai skala terendah.
5.       Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien setelah pasca trauma?
Lumpuh, gangguan vocal, penglihatan, keseimbangan, pendengaran dll tergantung bagian tertentu yang mengalami cedera
6.       Apakah hubungan hipertensi dengan dengan pasca trauma
Pasien memiliki riwayat hipertensi. Pada pasien  hipertensi, aliran darah di tubuhnya termasuk di otak berjalan sangat cepat, bila terus-menerus, akan menimbulkan aneurisma. Aneurisma tersebut bisa ruptur dan dapat pecah, sehingga  membuat aliran pembuluh darah terganggu. Kemudian, akan menyebabkan infark atau kematian jaringan, maka otak tidak lagi mandapat intake O2 dan nutrisi yang adekuat sehingga terjadi disfungsi dan penurunan tingkat kesadaran.

7.       bagaimana diferential diagnosanya?
GEJALA KLINIK
PIS
PSA
SNH
HIPERTENSI
Hampir selalu
Biasanya tidak
sering
KESADARAN
Biasa hilang
Bias hilang sebentar
Dapat hilang
NYERI KEPALA
Sangat hebat
hebat
Ringan/tidak ada
HEMIPARESIS
Sering sejak awal
Awal tidak ada
Sering sejak awal

Jadi diagnosis yang memungkinkan untuk sementara ini adalah stroke hemoragic

8.       Bagaiman pemeriksaan penunjangnya?
Tomografi terkomputasi (CT scan)
bermanfaat dalam membedakan stroke perdarahan (intraserebral atau subarakhnoid) dengan stroke tanpa perdarahan/iskemik (trombosis atau emboli). Adanya darah pada perdarahan baru mengakibatkan terjadinya suatu daerah dengan peningkatan densitas; sebaliknya suatu infark mengakibatkan suatu daerah dengan penurunan densitas. Sebagai tambahan, CT-scan dapat membantu menentukan lokasi dan ukuran abnormalitas, seperti daerah vaskularisasi, superfisial atau dalam, kecil atau luas.
1. CT-scan benar-benar positif pada perdarahan intraserebral (dengan peningkatan densitas) dan sering menunjukkan darah antar-hemisfer atau perdarahan dalam parenkhim otak pada perdarahan subarakhnoidea. Perubahan-perubahan ini terlihat pada jam pertama setelah timbulnya gejala stroke. Dengan CT yang lebih maju lagi, beberapa penderita dengan diagnosis klinis trombosis dapat ditemukan adanya perdarahan intraparenkhimal.
2. CT-scan positif pada sebagian besar kasus infark serebri (penurunan densitas), tetapi peruhahan-perubahan ini hanya dapat terlihat pada 24 – 48 jam setelah timbulnya gejala stroke. Dengan penyengatan terhadap kontras, infark dapat menyerupai suatu tumor tetapi penyengatan terhadap kontras pada infark serebri pada umumnya tidak berkaitan dengan efek massa yang nyata seperti yang terjadi pada tumor. Pada beberapa kejadian. mungkin efek massa terdapat bersama dengan infark, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah bukan suatu tumor; dalam hal demikian maka dengan MRI, CT-scan secara serial dan observasi klinis dapat memperjelas diagnosis.
3. Suatu infark herdarah sering terjadi sekunder terhadap emboli yang besar. Dalam hal ini terjadi peningkatan densitas pada CT-scan. Pemberian antikoagulan harus ditunda bila terjadi perdarahan yang berkaitan dengan infark embolik.
4. Perdarahan pada batang otak mungkin dapat terlihat pada CT- scan, akan tetapi infark batang otak biasanya tidak.
5. CT-scan mengidentifikasi pergeseran massa intrakranial yang memerlukan tindakan medis dan operatif secara agresif untuk mengontrol edema serebri yang terjadi.
6. Suatu hematoma subdural dapat dikenal pada pemeriksaan CT-scan dengan adanya pergeseran massa intrakranial, menghilangnya sebagian ventrikel lateralis atau sulkus-sulkus, dan perubahan densitas (tergantung pada usia lesi) pada perrnukaan otak.
7. Tumor otak dapat diidentifikasi pada pemeriksaan CT-scan dengan adanya pola densitas yang khas, penyengatan terhadap kontras, dan efek massa. Pada persentase yang kecil tumor otak secara klinis menyerupai stroke.
MRI (Magnetic Resonance Imaging)

MRI memainkan peranan penting dalam diagnosis suatu stroke karena:
1. MRI kadang dapat menunjukkan adanya iskemia serebri pada stadium awal, sebelum dapat terlihat pada CT-scan dan sering bila pemeriksaan CT-scan tetap negatif.
2. MRI sering dapat menunjukkan adanya infark pada batang otak, serebelum, atau lobus temporalis yang tidak terlihat pada CT-scan.
3. Kemampuan MRI dalam mencari trombosis vena sebagai penyebab infark lebih baik dibanding CT-scan.
4. MRI lebih sensitif dalam mencari infark kecil (lakuner). CT-scan tetap lebih baik dihanding MRI pada fase akut stroke bila sasaran utama mencari perdarahan dan terdapat masalah dalam hal kerjasama dengan penderita.
5. Penyengatan kontras pada MRI kemungkinan berguna dalam menentukan umur suatu infark dan mencari adanya tumor atau AVM sebagai penyebab stroke.
Catatan : SPECT (Single photon emission computed tomography) dapat melokalisir iskemia dalam beberapa jam setelah serangan stroke.
Arteriografi

Arteriografi, baik yang dikerjakan secara konvensional maupun dengan teknik digital, ditujukan untuk (a) mengidentifikasi suatu lesi yang dapat dikoreksi dengan operasi seperti aneurisma intrakranial dan AVM, stenosis arteria karotis, dan plak arteria karotis yang mengalami ulserasi, (b) membantu memastikan diagnosis, dan (c) memastikan diagnosis sebelum dikerjakan pemberian antikoagulansia. Dalam perencanaan suatu arteriografi, penting untuk ditentukan secara klinis sistem yang terlibat dalam stroke tersebut, sistem karotis atau sistem vertebrobasiler. Bila memungkinkan, angiografi dikerjakan dengan teknik kateterisasi oleh ahli radiologi yang berpengalaman.

Elektroensefalografi (EEG)
Elektroensefalografi (EEG) dapat membantu menentukan lokalisasi gangguan fungsi kortikal, dan kadang-kadang pada lesi talamus. EEG dapat abnormal pada jam-jam pertama setelah serangan stroke meskipun CT-scan masih normal. EEG biasanya akan normal pada stroke pada daerah sirkulasi posterior atau stroke lakunar dan abnormal pada stroke daerah sirkulasi anterior atau emboli.
EEG biasanya abnormal pada stroke pembuluh darah besar atau emboli. EEG merupakan hal yang penting untuk dikerjakan bila dicurigai adanya aktivitas epileptik. Kelemahan setelah suatu stroke kemungkinan merupakan bagian dari pasca serangan epilesi (Paralisis Todd).

9.       Bagaimana penatalaksanaannya?
Penatalaksanaan
Manajemen stroke hemoragik pertama tama ditujukan langsung pada penanganan A ( airway ), B ( Breathing ), C ( circulation ), D ( detection of neurological deficit ).
Terapi perdarahan intraserebral
·         Terapi Medik
o   Jalan nafas dan oksigenasi dengan target pCO2 30-35 mmHg.
·         Kontrol tekanan darah. Penatalaksanaan tekanan darah tinggi sama seperti pada stroke iskemik dengan syarat :
o   Tekanan darah diturunkan bila tekanan darah sistolik > 180 mmHg atau tekanan diastolik > 105 mmHg
o   Pada fase akut tekanan darah tinggi, tekanan darah tidak boleh diturunkan lebih dari 20 %
·         Penatalaksanaan peningkatan intrakranial
o   Tindakan pengobatan pertama adalah osmoterapi, tapi tidak boleh digunakan sebagai profilaksis. Mannitol 20% 1g/kg dalam 20 menit, dilanjutkan dengan 0,25-0,5 g/kg 4 jam dalam 20 menit. Untuk mempertahankan gradien osmotik, furosemid ( 10 mg dalam 2-8 jam ) dapat diberikan secara terus menerus bersama denagan osmoterapi.
o   Hiperventilasi dengan sasaran pCO2 35 mmHg
o   Pengaturan cairan
Terapi pembedahan
·         Indikasi tindakan pembedahan
o   Pasien dengan perdarahan serebelar > 3cm yang secara neurologis memburuk atau mengalami kompresibatang otak dan hidrosefalus akibat obstruksi ventrikular.
o   Perdarahan intraserebral dengan lesi struktural seperti aneurisme, malformasi arteriovena, atau angioma kavernosa dapat diangkat jika keadaan pasien stabil.
o   Pasien usia muda dengan perdarahan lobus yang sedang atau besar yang secara klinik memburuk.
·         Indikasi teraoi konservatif dengan medikamentosa :
o   Pasien dengan perdarahan kecil ( < 10 cm3 ) atau defisit neurologi yang minimal.
o   Pasien dengan GCS < 4, Kecuali dengan perdarahan serebelar disertai kompresi batang otak, dapat menjadi kandidat untuk pembedahan darurat dalam situasi klinis tertentu.
10.   Bagaimana komplikasinya?
Komplikasi yang umum terjadi adalah bengkak otak (edema) yang terjadi pada 24 jam sampai 48 jam pertama setelah stroke. Berbagai komplikasi lain yang dapat terjadi adalah :
·         Kejang. Kejang pada fase awal lebih sering terjadi pada stroke perdarahan. Kejadian kejang umumnya memperberat deficit neurologik.
·         Nyeri kepala. Walaupun hebat, umumnya tidak menetap. Penatalaksanaan membutuhkan analgetik dan kadang antiemetic.
Selain itu harus diwaspadai adanya :
·         Transformasi hemoragik dari infark
·         Hydrocephalus obstruktif
·         Peninggian tekanan darah. Sering terjadi pada awal kejadian dan turun beberapa hari kemudian.
·         Demam dan infeksi. Demam berhubungan dengan prognosa yang tidak baik. Bila ada infeksi umumnya adalah infeksi paru dan traktus urinarius.

11.   Bagaimana prognosisnya?
Prognosis bergantung pada jenis stroke dan sindrom klinis stroke. Kemungkinan hidup setelah menderita stroke bergantung pada lokasi, ukuran, patologi lesi, serta usia pasien dan penyakit yang menyertai sebelum sroke.
Stroke hemoragik memiliki prognosis buruk. Pada 30 hari pertama risiko meninggal 50% sedangkan pada stroke iskemik hanya 10%.













DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, George dkk. 2007. Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta: Buku kedokteran.

Dorland, W.A. Newman, 2002, Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Guyton dan Hall. 2008. Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Jakarta : EGC
Kumar, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief, dkk., 2005, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2, Media Aesculapius, Penerbit FK UI, Jakarta.
Price, Silvia dan Wilson. 2006. Patofisiologi Edisi 6, Jakarta : EGC
Putz R., R. Pabst, 2005, Atlas Anatomi Manusia Sobotta Jilid 2 Edisi 21, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Snell, Richard. 2006. Ana